Sabtu, 05 April 2014

Dieng "Dhyang" Plateau - Dataran Tinggi Dieng, Central Java

" Kedinginan di Tanah Dewa-dewa / The Land of Gods "

    

Day 1, tanggal 29 Maret 2014

Janjian ngumpul di Bandara Soekarno Hatta jam 12.00 wib, tapi berangkat dari rumah dari jam 09.00 wib ney takut telat, rencana menggunakan bus Damri dari Rawamangun kebetulan pas nyampe terminal gw adalah penumpang pertama. Ya sudah lah nunggu agak lama deh..



Setiba di Bandara benernya aja masih jam 11.00 wib..justru kecepetan.

 

Garuda flight no. GA0210 yang menerbangkan kami berempat pada jam 13.05 WIB ke Kota Yogyakarta hari itu berwarna berbeda dari biasanya, yang biasanya berwarna biru hari itu berwarna merah. Ternyata pesawat Garuda yang kami naiki memakai Logo th 1969-1985, pastinya kami berempat ga menyia- nyiakan kesempatan yang jarang ini untuk bernarsis ria didepan maskapai kebanggaan kita semua itu..

   

Singkat cerita sampai juga kami di Bandara Adi Sutjipto DIY, berhubung diatas pesawat cuma dikasih snack yang lezatos aja so perut kami berasa lapar sangaaat..setelah ketemu bapak driver yang sangat ramah (dari Trasmojo Yogya) en sampai saat ini gw ga tau namanya (aseli si bapak pas nyebut namanya pelan banget mo nanya lagi malu..xixixi) kami langsung nanya tempat Bakmi Jawa Pak Hadi yang tempatnya ada di dalam area pom bensin daerah Turban, sayang sekali kami datang itu warung bakmi jawa belum buka. Akhirnya untuk menghemat waktu diputuskan untuk makan di rumah makan apa aja yang kami lewati menuju Dieng.

Ternyata kami melewati bakpia Citra yang rencananya sih kami mau kunjungi untuk membeli Bakpia Duriannya, untungnya driver kami cerdas beliau berhenti dulu untuk memesan pesanan kami di hari Senin supaya nanti ga kehabisan.

Kemudian kami meneruskan perjalanan ke Dieng. Akhirnya ketemu juga rumah makan yang menurut kami sih lumayan enak, saking laparnya yang biasanya gw foto makanannya eh gw lupa deh..yang pasti sih menunya ayam goreng/bakar + nasi + sambel + kerupuk 2 bungkus (@2 kerupuk) + minum es teh manis.

Kami melewati Sleman (sempet mampir ke Mesjid Raya Sleman), Wonosobo dan teakhir Dieng di Banjarnegara.

Tiba di Dieng jam 22.00 wib..ternyata ada miskomunikasi antara teman kami dengan orang yang mengantar kami di Dieng jadinya malam itu kami ga dapat kamar. OMG, yang bener aja mana lagi long weekend..akhirnya dapat juga kami rumah penginapan (tanpa gabung dengan pemilik) berkamar 3, ruang tamu yang luas + 1 springbed tambahan, 1 kamar mandi, dan dapur, yang lebih enaknya penginapan tersebut berada tepat di pintu masuk kawasan Candi Arjuna..lumayan mahal sih soalnya kami mendadak sih..

Pintu masuk & Parkiran Candi Arjuna dilihat dari penginapan
Abis berbenah di kamar masing2 selanjutnya kami mencari makan malam, menu idaman kali ini adalah mie dieng yang terkenal itu yaitu Mie Ongklok. Sayangnya rumah makan mie yang kami datangi bukan yang terkenal, hanya RM Mie Ongklok yang ada aja disana jadinya rasa mie yang kami harapkan enak itu jadi biasa2 aja. Kami pesan mie ongklok 5 mangkok (@ Rp 10 rb), sate sapi (22 tusuk)+ayam (8 tusuk) dan teh panas. Sate sapi+ayamnya enak sih tapi setelah dihitung makan malam kami saat itu lumayan juga harganya loh...



Makan malam sudah, akhirnya kami kembali ke penginapan untuk tidur.

Sumpah dingiiiiiiiiinnnnn bangeeetttt...kata orang2 yang pernah ke Bromo, Dieng tidak sedingin Bromo..jangan percaya..Gw dah pernah ke Bromo, memang dingin tapi gw ga tau kenapa menurut gw Dieng lebih dingin, padahal baru bulan Maret (musim hujan) kata penduduk lokal sana kalau musim kemarau di Agustus bisa sampai minus derajat dan embun berubah menjadi butiran es..


Day 2, tanggal 30 Maret 2014

Jam 03.30 wib penginapan kami diketuk oleh tour guide kami di Dieng (hehehe gw juga lupa namanya tapi kalo ga salah inget namanya mas Sugeng) untuk melihat sunrise di Puncak Bukit Sikunir. Jalan menuju ke Bukit Sikunir cukup ramai karena pas long weekend, berbeda dengan bromo yang mayoritas sudah diaspal meski curam, jalan mobil menuju bukit Sikunir ini lebih banyak trek tanah berbatu dan sempit hanya cukup 1 mobil dan 1 motor, walhasil dikarenakan tempat parkir juga belum diaspal, ada aja bus or mobil yang terjebak lumpur akhirnya mobil2 or motor2 yang menuju parkir terjebak ga bisa maju atau mundur. Terpaksa perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki langsung menuju Puncak Sikunir.

Lumayan sulit juga trek menuju puncak, jalanan tanah atau batu yang licin dengan kondisi jalan yang cukup curam. Alhamdulillah kami berempat sukses menuju puncak meski beberapa kali harus berhenti untuk berisitrahat. Ingat sebelum naik pastikan harus buang air kecil bawa air minum karena disana tidak ada toilet.

Sayang sunrise-nya terhalang awan..ga pa2 deh ga dapat Golden Sunrise meski begitu pemandangannya indah sekali..emang Indonesia itu kaya ya..

   

           

Puas foto2 di Puncak Sikunir akhirnya kami harus turun bukit dengan melalui jalan yang sama, dan antriiiii...

  

Uniknya disini meski terjal tapi ada aja orang2 yang kreatif mencari nafkah dengan mengamen. Ada sekitar 3 kelompok pengamen beralat musik seadanya dan uang paling unik ketika hampir mencapai tempat parkir ada 2 kelompok pengamen yang pertama pengamen yang berkostum dan beralat musik tradisional dan yang satunya lagi pengamen yang berjoget dengan memakai kostum gorila..hehehe ada2 aja ya..

 

Sayang sekali bukit-bukit di sekitar Bukit Sikunir ini sudah beralih fungsi menjadi lahan pertanian sayur mayur jadi terlihat gundul, sepertinya rawan longsor kalau hujan deras..semoga aja sih ga terjadi.

 

Toilet hanya ada didekat parkir bus..memang ada lebih dari 5 toilet berjajar tetapi karena pengunjung hari itu sangat rame akhirnya terjadilah antrian orang2 kebelet yang cukup panjang..untungnya sih pas gw en temen gw, antriannya masih tertib, ga tau deh kalo agak siangan lagi.

 

Ternyata di tepi telaga didekat parkiran kendaraan banyak juga wisatawan yang menginap. Berarti akses toiletnya ya yang kami gunakan dan dengan antrian yang panjang itu...wow ga deh bisa beku kalo gw nginap di Dieng dengan tenda...

  

Cukup lama kami terjebak dimobil ga bisa maju atau mundur. 

  


Akhirnya setelah beberapa lama antrian mulai terurai, mobil kami pun maju danmasuk ke dalam parkiran, tetapi ditempat parkir pun kami ga langsung bisa keluar, dingiiiin padahal sudah siang tapi kabut datang dan pergi. Beda banget pas waktu di Bromo yang jam 08.00 wib aja dah terang berderang.

 

Driver kami itu jago banget, mobil yang lain rodanya terjebak lumpur, mobil kami ga tuh..karena kami sukses banyak yang niru trik driver kami...hehehe tyta ga semumpuni driver kami..lagi2 banyak yang terjebak juga..

Lolos en keluar dari Bukit Sikunir, perjalanan dilanjutkan ke Dieng Plateau Theater.  Katanya sih disini bisa menonton ala bioskop tentang proses terbentuknya dataran tinggi Dieng.



Kami melewatkan sesi ini dengan makan french fries en jamur goreng ala Dieng. Murah meriah hanya Rp 5 ribu, keliatannya sih sedikit tapi tenyata banyak juga loh..trus penjualnya berpipi merah. Kata tour guide grup wisata lain sih kami juga bakal begitu karena saking dinginnya Dieng.

   


Ke Telaga Warna juga bisa lewat sini tapi kami ga memilih lewat jalan ini karena kebayang kalo balik lagi kami harus jalan menanjak, lebih baik kami keluar dulu dengan mobil trus parkir ditempat yang lebih dekat dengan Telaga Warna.

    

Disini juga ada batu pandang, yaitu bukit batu untuk melihat pemandangan Telaga Warna.

  

Telaga Warna ga terlalu jauh dari Dieng Plateau Theater, cuma membayar Rp 2 ribu kami pun masuk ke kawasan Telaga Warna. Pemandangan di telaga yang menurut orang2 lokal suka berubah warna ini sangat indah, sayangnya karena ramai jadi ga maksimal menikmatinya.

  

Setelah beberapa waktu di telaga akhirnya kami kembali ke penginapan untuk mandi dan bersiap2 check out. Rencana awal, kami akan menginap di Dieng 2 malam, berhubung dingiiin luar biasa akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke Yogya dan bermalam disana.

Sebelum meninggalkan Dieng, kami sempatkan melihat Candi Arjuna yang jaraknya cuma selemparan batu dari penginapan. Candi dengan pemandangan yang indah, tapi miris ngliat candi yang indah tapi banyak orang yang berfoto sambil memanjat sisi dinding candi yang tidak bertangga.

   

Dari Candi Arjuna kami meneruskan ke lokasi lainnya, tapi kami sempat membeli oleh2 berupa cabai Gendot (? kl ga salah) khas Dieng yang besar2 tapi pedaaaassss..harganya 1/2 kg Rp 6 ribu aja.

Ternyata kami belum makan siang, nah rencananya sih mau makan di rumah makan Bu Djono yang terkenal, tapi apa daya ternyata penuh oleh bikers ga tau darimana, akhirnya kami beralih ke rumah makan Mba Mien, ga pa2 deh masih enak juga koq..

 

Kenyang makan kami melanjutkan ke kawah Sikidang, selama diperjalanan kami menemukan hal cukup unik, disini banyak sekali pipa-pipa gas tapi apabila pipanya menyebrang jalan bukannya dialirkan melalui bawah tanah tapi pipanya dibuat seperti gerbang jalan.

 

Kawah yang beraroma belerang ini unik banget karena menurut tour guide kami katanya sih suka berpindah-pindah, tapi memang kalo diperhatikan masih terdapat kubangan2 yang bergolak dan berasap. Jujur agak khawatir juga sih..



Foto2 sekitar kawah seru juga..kadangkala kami menutup hidung karena mencium aroma belerang yang sangat terasa.
   

Lanjut dari kawah Sikidang kami meneruskan perjalanan menuju tempat oleh-oleh "Tri Sakti" di depan Balai Desa Dieng Kulon. Disini gw membeli oleh2 khas Dieng yaitu manisan buah Carica, ada yang basah dan kering, kering kentangnya enak loh trus beli kacang khas Dieng en keripik jamur kancing. Sebenarnya sih masih ada lagi cuma lupa beli apa aja ya..




Oh iya carica ini adalah buah sejenis pepaya kecil yang hanya ada di Dieng loh..

 

Setelah dari belanja oleh2 baru deh kami melanjutkan perjalanan ke Yogya, jam dah menunjukkan angka 16.00 wib, kalo sesuai rencana kami akan tiba di Yogya sekitar jam 19.00 - 20.00 wib tetapi ternyata kami tiba di Yogya jam 22.00 wib karena pada saat itu jalanan pas keluar Dieng lagi di perbaiki antriannya panjang en lama banget...hiks

 

Akhirnya masuk kota Yogya juga...

Awalnya kami mau makan malam di Bakmi jawa Pak Hadi yang kemarinnya gagal makan disana, eh pas kesana lagi ternyata restonya tutup..huhuhhuuuu ga jadi lagi..

Berhenti di Bakmi Kadin dulu untuk makan malam, eh si mba nya bilang sekitar 1,5 jam baru bakmi bisa dihidangkan karena pada malam itu pengunjungnya membludak...WHAT!!

Diputuskan juga kami keluar dan mencari angkringan, dan ternyata juga ramai..teruuuuus nyari tempat makan bakmi jawa lainnya, ga pa2 deh ga terkenal juga..en ternyata sama aja antriannya luamaaaa...akhirnya kami tidak mau lagi mencari Bakmi Jawa. Keinget Oseng2 Mercon Bu Narti, akhirnya kami menuju kesana..tapiiii ternyata kehabisan nasi, oseng2nya sih masih ada, ya sudah kami bungkus aja oseng2nya trus mencari tempat makan apa aja deh yang penting ada nasi. Akhirnya ada penjual ayam penyet dan kami pun membeli nasi dengan lauk lainnya.

Lumayan kenyang juga sih..perjalanan kemudian dilanjutkan ke hotel untuk istirahat. Sampai di hotel kami tepar setepar teparnya..xixixi

 

Day 3, tanggal 31 Maret 2014

Bangun tidur langsung bersiap-siap keliling Yogya, diawali dengan sarapan di SGPC Bu Wiryo 1959 di Jl. Agro CT.VIII Klebengan. Pilah-pilih lauk untuk menemani makan sego pecel dulu trus bayar belakangan, pas nasi pecel dah abis eh rumah makan ini kedatangan tamu yang cukup terkenal yaitu Pak RM Suryo beserta istri en rombongannya..kenal?itu loh pakar IT yang suka ada di tv kalo ada seleb kesangkut kasus videonya beredar di dunia maya..inget?ga inget juga? Yo wis kl sekarang sih beliau dah jadi Menpora..

  

Kebetulan beliau duduk di meja belakang gw..negor ga?ga ah beliau lagi asyik ngobrol sendiri sama istrinya keliatannya lagi ga mau diganggu.

 

Dari sini perjalanan kami lanjutkan ke toko cokelat MONGGO, kali ini toko yang di Yogya aja deh, ga sempet yang di Kota Gede. Ga banyak sih yang dibeli cuma untuk orang rumah aja.

  

Lanjut wisata belanja oleh-olehnya ke Pasar Beringharjo, rencananya mo nyari batik tapi ternyata puanaas banget jadi ga konsen nyarinya, akhirnya gw cuma dapet celana pendek en tas jinjing aja sama jajan sate nyos (sate tetelan sapi dg rasa manis gurih) yang mak nyos dan murah meriah seharga Rp 2.000 per tusuk didepan pintu samping pasar.

    

Lumayan muter-muter Yogya sebentar sambil nunggu jam 13.00 wib untuk ambil Bakpia Durian di Bakpia Citra yang sudah kami pesan pada saat kami tiba di Yogya. Untung aja dah dipesan duluan karena pas kami datang ada seorang ibu yang membeli bakpia cukup banyak. Toko Bakpia Citra yang kami datangi sih kecil kalo yang agak besar bukan yang ini tapi di daerah sekitaran keraton.

   

Nah setelah beli Bakpia baru deh kami jalan ke arah bandara sekalian untuk nyari tempat makan siang, rencananya sih pengen makan Gudeg Yu Djum, untungnya di daerah yang searah ke bandara ada..so akhirnya makan disitu deh. Ga lupa pesen untuk dibawa pulang juga.

     

Kenyang makan, lanjut ke bandara Adi Sutjipto dan akhirnya jam 16.10 wib Say Good Bye ke kota Yogya di bandara..

InsyaaAllah kalo ada umur en rejeki suatu saat bakal main lagi ke Yogya dan sekitarnya...amiiin.


See you in next trip.....



Catatan :

-   kalo ke Dieng jangan lupa bawa JAKET yang bisa nahan dingiiin, kaos kaki, sarung tangan, masker (kalo bener2 ga tahan dingin), tutup kepala bisa juga pasmina, kalo perlu pake long jhon juga..kalo dah agak siang sih masih dingin tapi ga se-ekstrim malam en subuh.

-   untuk yang ga kuat dingin jangan ke Dieng di bulan Juli-Agustus karena kata penduduk sana, bulan itu puncaknya dingin di Dieng.

-   Pesan penginapan dari jauh hari terutama untuk penginapan Bu Djono. Sebaiknya bagi yang telah bekerja mengajukan cuti aja deh jangan menunggu libur panjang karena bisa dipastikan di Dieng pasti ramai banget.

-   Pada saat ke Bukit Sikunir untuk melihat Sunrise pastikan memakai sepatu atau alas kaki yang layak untuk trekking, karena treknya masih alami berbeda dengan di Bromo.

-   Jangan lupa buang air dulu di penginapan sebelum berangkat atau di toilet umum dekat parkiran mobil sebelum naik ke Bukit Sikunir. Juga bawa air minum en snack secukupnya.

-   biasa..jangan lupa bawa obat-obatan seperlunya.